Mudik adalah tradisi perjalanan pulang kampung yang menjadi bagian penting dalam budaya Indonesia, terutama selama perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain sebagai momen berkumpul dengan keluarga dan merayakan bersama, mudik juga menjadi ajang untuk menjaga dan merayakan tradisi keluarga. Dalam balutan budaya dan tradisi keluarga, mudik biasanya dimulai dengan persiapan yang matang, seperti membersihkan rumah dan mempersiapkan makanan khas yang akan disajikan kepada para tamu yang datang. Setelah itu, para anggota keluarga akan berangkat menuju kampung halaman dengan kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi umum seperti kereta api, bus, atau kapal.
Sampai di kampung halaman, biasanya akan dilakukan acara selamatan atau doa bersama di rumah keluarga. Selain itu, juga ada beberapa tradisi yang dilakukan seperti mengunjungi makam leluhur, berziarah ke tempat-tempat suci, serta melakukan kegiatan sosial seperti memberikan sedekah kepada yang membutuhkan.
Selama berada di kampung halaman, para anggota keluarga biasanya juga akan melakukan berbagai aktivitas bersama, seperti bermain permainan tradisional, berolahraga, atau mengikuti acara-acara kesenian dan budaya yang diadakan di daerah tersebut. Dalam rangka menjaga dan merayakan tradisi keluarga, biasanya juga ada acara-acara adat seperti mengenakan pakaian adat atau melakukan tarian-tarian tradisional.
Selain itu, juga ada beberapa makanan khas yang hanya tersedia di kampung halaman dan menjadi hidangan wajib selama perayaan mudik. Dalam keseluruhan acara mudik, budaya dan tradisi keluarga menjadi unsur yang sangat penting dan memberikan nuansa keakraban yang unik dan berbeda dari perayaan di daerah lain. Melalui mudik, kita bisa memperkuat hubungan keluarga, menjaga tradisi dan budaya, serta merayakan bersama dalam suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan.
Namun ada yang perlu diwaspadai dan diperhatikan saat terjadinya mudik, dimana gelombang mudik berdasarkan hasil survei Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) tentang peluang mobilitas masyarakat (mudik) pada periode Lebaran 2023 (Idul Fitri 1444 H). Berdasarkan hasil kajian, mobilitas manusia diperkirakan mencapai 123,8 juta orang. Angka itu naik 14,2% dari prakiraan musim mudik Lebaran 2022 yang mencapai 85,5 juta orang.
Berdasarkan hasil penelitian, diperkirakan asal muasal pergerakan manusia akan mendominasi Jawa, yakni. 62,5% atau 77,3 juta orang. 5 (lima) daerah keberangkatan pemudik terbanyak pertama adalah Jawa Timur dengan 17,1% (21,2 juta jiwa). Kemudian Jawa Tengah 15,1% (18,7 juta orang), Jabodetabek 14,8% (18,3 juta orang), Jawa Barat 12,1% (14,9 juta orang) dan Sumatera Utara 3,6% (4,4 juta orang).
Sedangkan 5 (lima) destinasi dengan perjalanan masyarakat terbanyak pertama adalah Jawa Tengah dengan 26,45% (32,75 juta orang). Kemudian Jawa Timur 19,87% (24,6 juta orang), Jawa Barat 16,73% (20,72 juta orang), Jabodetabek 6,52% (8,07 juta orang) dan Yogyakarta 4,78% (5,9 juta orang).
Pada saat yang sama, arus balik diperkirakan akan mencapai puncaknya pada H-1 (Jumat, 21 April 2023), di mana 14,3% (17,7 juta orang) diperkirakan akan pindah. Pertumbuhan perjalanan pulang pergi diperkirakan meningkat mulai H-3 (Rabu 19 April 2023). Puncak retrograde diperkirakan terjadi pada H+2 (Selasa, 25 April 2023) dan pergerakan diperkirakan cukup besar hingga H+3 (Rabu, 26 April 2023). Selain itu, ragam moda transportasi didominasi oleh moda transportasi darat, yaitu:Mobil 22,07% (27,32 juta orang), sepeda motor 20,3% (25,13 juta orang), bus 18,39% (22,77 juta orang), kereta api jarak jauh 11,69% (14,47 juta orang) dan mobil sewa 7,7% (9,53 juta orang).
Meskipun mudik memiliki manfaat yang banyak bagi keluarga, namun ada juga dampak negatif yang dapat terjadi, di antaranya: Biaya yang tinggi: Mudik seringkali memerlukan biaya yang cukup tinggi, terutama bagi keluarga yang harus bepergian jauh. Biaya transportasi, akomodasi, dan kebutuhan lainnya dapat membebani anggota keluarga secara finansial. Waktu yang terbuang: Aktivitas mudik seringkali memakan waktu yang cukup lama, terutama bagi keluarga yang harus melakukan perjalanan jauh. Hal ini dapat mengganggu jadwal dan rutinitas keluarga, dan juga dapat mengakibatkan anggota keluarga yang tidak dapat bepergian merasa terisolasi.
Risiko kecelakaan:
Perjalanan mudik seringkali melibatkan perjalanan jauh dengan kendaraan bermotor, dan dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, hal ini dapat berdampak buruk pada keluarga dan dapat mengakibatkan cedera atau bahkan kematian.
Gangguan kesehatan: Perjalanan mudik juga dapat memicu gangguan kesehatan bagi anggota keluarga. Seperti lelah, dehidrasi, mabuk perjalanan, dan lain-lain.
Konflik keluarga: Mudik dapat memicu konflik antar anggota keluarga, terutama jika terjadi perbedaan pendapat atau pandangan dalam menjalankan tradisi dan kebiasaan selama mudik. Oleh karena itu, sebelum melakukan mudik, perlu dipertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan aktivitas ini, seperti biaya, waktu, kesehatan, dan keselamatan. Hal ini penting agar dampak negatif mudik dapat diminimalisir, dan keluarga dapat merasakan manfaat yang positif dari aktivitas mudik.
Aktivitas mudik memiliki harapan yang baik untuk perkembangan keluarga. Beberapa harapan tersebut adalah: Meningkatkan kebersamaan: Aktivitas mudik dapat membantu meningkatkan kebersamaan antar anggota keluarga. Dalam perjalanan mudik, anggota keluarga dapat saling berinteraksi, saling bercerita, dan menikmati waktu bersama. Mempertahankan nilai-nilai budaya: Mudik membawa anggota keluarga kembali ke kampung halaman dan tempat asal mereka. Hal ini dapat membantu mempertahankan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh leluhur dan orang tua mereka.
Selain itu, aktivitas mudik dapat membantu anak-anak mengenal budaya dan tradisi keluarga mereka dengan lebih baik. Meningkatkan rasa hormat dan kebersamaan: Dalam aktivitas mudik, anggota keluarga dapat menunjukkan rasa hormat dan kebersamaan kepada leluhur dan kerabat mereka yang telah meninggal dunia. Aktivitas ini dapat membantu menguatkan rasa kebersamaan antar anggota keluarga.
Menjalin hubungan silaturahmi
Mudik dapat menjadi kesempatan bagi anggota keluarga untuk menjalin hubungan silaturahmi dengan kerabat-kerabat jauh. Hal ini dapat membantu memperkuat hubungan antar keluarga dan membangun jaringan sosial yang lebih luas. Meningkatkan rasa nasionalisme: Aktivitas mudik dapat memberikan kesempatan bagi anggota keluarga untuk mengenal lebih baik daerah tempat keluarga mereka berasal. Hal ini dapat membantu meningkatkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap Indonesia.
Secara keseluruhan, aktivitas mudik memiliki harapan yang baik untuk perkembangan keluarga. Mudik dapat membantu memperkuat kebersamaan, mempertahankan nilai-nilai budaya, meningkatkan rasa hormat dan kebersamaan, menjalin hubungan silaturahmi, dan meningkatkan rasa nasionalisme. Oleh karena itu, mudik dapat menjadi aktivitas yang bermanfaat bagi perkembangan keluarga.
Artikel ini ditulis oleh : Najib : Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN, dan Sekum Koalisi Kependudukan Jawa Tengah