Pendidikan Vokasi Link and Match

Penulis : Mamiek*)

Senin, 12 Februari 2024 – Cita-cita mulia, meraih Visi Indonesia Emas tahun 2045 apa yang diperbuat?. Jawabannya tidak simple, setidaknya meruntut konsep pembangunan di negara maju mau pun negara berkembang.

Indonesia lebih berokus pada empat pilar pembangunan, yaitu 1) Pembangunan manusia dan penguasaan iptek. 2) Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, 3) Pemerataan pembangunan, dan 4) Ketahanan nasional & tata kelola pemerintahan.

Harapan untuk memaksimalkan pilar di atas ketika memasuki tahapan bonus demografi. Artinya pada kondisi di mana penduduk usia produktif usia 15 – 64 tahun mendominasi atau lebih besar daripada penduduk usia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun (non produktif).

Sebenarnya Indonesia memperoleh bonus demografi sejak tahun 2015 di mana angka ketergantungan mencapai titik terendah. Puncaknya secara nasional dialami periode tahun 2020 – 2035. Bahkan pada tahun ini bonus demografi telah berakhir di 5 provinsi, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyaksrta, Jatim, Kalsel, dan Sulut (BPS, 2024).

Agar window opportunity pada masa bonus demografi dapat diperoleh maka harus ada keseimbangan antara penduduk usia produktif dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Berbicara TPAK, tentu melibatkan berbagai sektor terutama sektor pendidikan, kesehatan dan dunia usaha.

Pemetaan kompetensi yang dibutuhkan ditinjau dari dua sisi. Pertama, pemerintah dalam fungsi pelayanan fokus sektor pendidikan dan kesehatan. Kemampuan lembaga pendidikan menyediakan capaian lulusan yang memiliki penguasaan iptek dan ketrampilan terapan. Sedangkan institusi kesehatan melakukan tindakan preventif dan promotif agar kualitas kesehatan masyarakat meningkat.

Kedua, dunia usaha tersediaan informasi kebutuhan lapangan kerja. Karenanya bersama lembaga pendidikan sinergi melakukan link and match terutama sekolah vokasi. Perijinan program studi sekolah dibatasi sesuai kebutuhan dinia usaha, agar tidak terjadi penumpukan lulusan yang tidak dapat tetampung memperoleh lapangan kerja atau tidak mampu menciptakan kerja sendiri.

Tripatriat pemerintah dan masyarakat serta dunia usaha hendaknya bersinergi sealur mendorong agar sebagian lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi mampu melakukan inovasi dan pengembangan ekonomi kreatif menuju kemandirian.

Meminjam teori cashflow quadrant Robert Kiyosaki membagi menjadi 4 yaitu employee, self employee business, big business dan investor. Sehingga memecah mind set dari.bercita sebagai pegawai pada instansi pemerintah atau pun perusahaan ke kuadrant yang lain menuju kemandirian yang lebih produktif. Mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

*) Drs Mamiek Slamet, MM, M.Pd. duduk di Komisi II KKI Provinsi Jawa Tengah. Juga Wakil Rektor 3 IAI Al Muhammad Cepu

Share the Post:

Berita Terbaru